Strategi Penguatan HSO untuk Tingkatkan Kepuasan Layanan Panti Asuhan

Jum'at, 29 September 2017 06:02 WIB

 

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) ternyata bukan dominasi dari orang miskin saja, tetapi juga dialami oleh orang-orang yang justru berada di level kelas menegah ke atas. Pernyataan menarik ini disampaikan oleh Dr. Fauzik Lendriyono, M.Si dalam diskusi rutin Pusat Kajian Sosial Politik (PKSP) yang bertema Strategi Penguatan Organisasi Pelayanan Sosial Berbasis Keagamaan. Diskusi tersebut diadakan pada 22 Februari 2017 di Ruang 611 GKB 1 UMM.

Doktor alumni Universitas Indonesia tersebut mengungkapkan bahwa permasalahan kesejahteraan sosial juga melanda pada mereka yang tengah berjibaku dengan organisasi pelayanan manusia (Human Service Organization/HSO). Fauzik mengatakan secara filosofis bahwa kini organisasi sosial keagamaan sudah berubah dari ayat-ayat Al Maun (sosial) menjadi ayat-ayat Al Ashr (kapitalis). “Itu tidak salah karena memang dalam pengelolaan HSO atau human services organization ini perlu sekali adanya jaminan sosial, bukan semata amal baik semata. Karena kita melayani orang lain, jangan sampai kita sendiri ditelantarkan,”ungkap Fauzik.

Konsep HSO ini awalnya berasal dari rohaniwan yang memang secara konsep sangat ideal dan mereka sudah memiliki jaminan soial. “Padahal saat ini kalau kita berbicara data Muhammadiyah menjadi ormas yang memiliki jumlah panti asuhan terbanyak di Indonesia. Tercatat ada 814 panti asuhan di bawah naungan Muhammadiyah. Namun berdasarkan data riset dari Save The Children, 90% pelayanan panti asuhan tidak memuaskan. Termasuk diantaranya panti-panti yang berada di bawah naungan Muhammadiyah,”jelasnya. Padahal sebagai sebuah organisasi kesejahteraan umum, kinerja HSO dinilai dari keberlanjutan dan kualitas pelayanan pada mereka yang membutuhkan pelayanan.

Oleh karena itu agar panti-panti asuhan sebagai bagian dari HSO ini mampu terlayani dengan baik, dimensi keuangan menjadi hal yang perlu diperhatikan. Dimensi ini mencakup  elastisitas pendapatan dari sumbangan donatur, pemerintah, atau yayasan, elastisitas pengeluaran, posisi aliran kas organisasi, likuiditas dan ROI (Return on Investment) dan jumlah modal kerja.  HSO dengan pendapatan dan pengeluaran yang teratur dan seimbang, aliran kas yang baik, memiliki likuiditas dan ROI yang baik, serta memiliki modal kerja tinggi akan mampu menyokong kegiatannya dengan sumber dana yang cukup, sehingga kinerja dapat terus optimal. Selain dimensi keuangan tersebut, juga ada sejumlah hal-hal lainnya yang akan menyokong kualitas pelayanan. Seperti misalnya dimensi keunggulan bersaing dan stabilitas lingkungan.

Sebagai strategi penguatan organisasi pelayanan sosial berbasis keagamaan, Fauzik menegaskan bahwa organisasi pelayanan sosial yang berbasis keagamaan (Islam) sebaiknya menerapkan nilai-nilai profesionalitas sebagai implementasi dari ajaran Rosulallah Muhammad SAW. Aktifitas berorganisasi tidak lagi menerapkan spirit emosional tetapi atas pertimbangan rasional. Rasionalisasi pengelolaan organisasi pelayanan sosial yang berbasis keagamaan menjadi salah satu strategi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kualitas managerial dan kualitas pelayan yang ditawarkan.  (wnd)

 

 

Shared: